Sekolah
Masyarakat Desa ( SEMASA ) merupakan perkumpulan yang bergiat
dalam pembaharuan dan pemberdayaan pendidikan untuk seluruh masyarakat
Indonesia.
Pendidikan
berubah, Indonesia berubah
Pendidikan
adalah suatu proses untuk menemukan dan mengembangkan identitas komunitas atau
kelompok dalam rangka membangun suatu komunitas yang dicita-citakan bersama.
Selanjutnya, ada banyak kegiatan yang telah kami kerjakan. Dan kami
mengajak anda untuk bergiat bersama, pada program-program kami.
SALAM
Tentang SEMASA
Sekolah
Masyarakat Desa (selanjutnya disingkat SEMASA)
berdiri tahun 2004 di Dusun Dongkelan Kauman, Tirtonirmolo, Bantul, sebagai
wahana pergulatan warga desa dalam menggali pengetahuan, serta menjadi ruang
akademis bagi warga desa. Selain itu, melalui program dan kegiatan pendidikan
dan pembelajaran alternatif diharapkan memberikan kesadaran baru, baik bagi
pemerintah, kalangan akademik maupun masyarakat, bahwa masih banyak anggota
masyarakat, kalangan miskin dan marjinal, yang belum terjangkau pelayanan dasar
dari pemerintah.
Kita
menyadari pola-pola lama pendidikan dan pembelajaran harus berubah, karena
sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan global, sekaligus tidak lari dari
karakter lokal. Sebab, pendidikan sesungguhnya sebuah proses untuk menemukan
dan mengembangkan identitas komunitas atau kelompok dalam rangka membangun
suatu komunitas yang dicita-citakan bersama. Dalam konsep ini, terirorial desa
adalah sekolah atau tempat belajar bersama anggota
masyarakat. Jadi, yang ber-sekolah adalah
masyarakat desa itu sendiri. Dari, oleh dan untuk mereka sendiri. Sehingga
diistilahkan menjadi Sekolah
Masyarakat Desa, yang
mendukung pendidikan di sekolah formal, sekaligus bergerak di dalam masyarakat
bagi terciptanya pembaharuan dan pemberdayaan pendidikan masyarakat
Sekolah Masyarakat Desa
Model pendidikan berbasis masyarakat
SEMASA bukanlah
”sekolah” dalam pengertian formal. Hal-hal penting yang dapat menjadi
catatan adalah, Pertama, istilah ”sekolah” tidak berbenturan
dengan istilah baku yang lazim digunakan di dunia pendidikan. Sebab, sekolah
merupakan aktivitas orang belajar atau menuntut ilmu. Kalau pun itu menyangkut
”tempat belajar” yang lazimnya adalah gedung sekolah, maka SEMASA adalah
”sekolah lingkungan”, dimana tempat belajarnya di lingkungan desa
itu sendiri, misalnya di serambi masjid, mushola, atau tempat ibadah lainnya
yang menyediakan ruang publik, di rumah-rumah warga atau bahkan di pelataran
rumah, di pinggir sawah atau tempat lainnya yang kondusif untuk belajar.
Kedua,
SEMASA dibentuk melalui sinergitas stakeholders di
desa, yaitu state(pembuat kebijakan) meliputi Dukuh, RT, LPMD,
kemudian comunnity (lembaga sosio kultural) meliputi seperti
takmir, PKK, penduduk desa berprofesi guru, generasi muda, kelompok arisan,
serta didukung oleh corporate (sumber dana) misalnya
penduduk kaya di desa dan kelompok sumber dana lainnya. Sehingga, ia memiliki
legitimasi sosial dan kultural di masyarakat. Hal ini mempengaruhi kinerja
organisasi SEMASA, sebab ia bergerak di dalam masyarakat yang
tidak jarang cukup sensitif terhadap pembaruan yang di dalamnya. Dalam
perkembangan aktivitasnya,SEMASA melakukan proses pendidikan dan
pembelajaran di desa, sehingga legitimasi formal yang dapat diperoleh adalah
semacam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ijinnya dikeluarkan oleh
instansi pemerintah di bidang pendidikan.
SEMASA merupakan
model pendidikan dan pembelajaran alternatif, lantaran ia diharapkan mampu
menggerakkan roda pembaharuan dan pemberdayaan pendidikan. Sebab, selain
sekolah formal sebagai ujung tombaknya, maka mitra kerja sekolah (elemen
masyarakat) dituntut untuk berperanserta menggerakkan roda tersebut. Mengapa
demikian? Sebab, SEMASA berbasis komunitas, ia beranggotakan
keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Di dalam keluarga,
anak-anak tumbuh dan berkembang, secara fisik dan psikologis, seiring
perkembangan usianya. Sebagian besar waktu anak-anak usia sekolah, dihabiskan
bersama keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar.
Model
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan SEMASAyang
beranggota warga masyarakat di semua tingkatan pendidikan, usia dan
latarbelakang sosial-ekonomi adalah membentuk kelompok-kelompok belajar bagi
anak usia sekolah dan anak usia dini, kursus ketrampilan bagi generasi muda
putus sekolah, Kejar Paket ABC, penyantunan dana pendidikan, kampanye gerakan
pendidikan dan sebagainya. Relawan pengajar atau gurunya adalah anggota
masyarakat itu sendiri, baik itu penduduk profesi guru maupun kalangan generasi
muda terdidik yang ada di desa. Dananya dari mana? Pengelola SEMASA menunjuk
petugas yang mengumpulkan iuran atau dana pendidikan dari masing-masing warga
masyarakat, dari rumah ke rumah, setiap bulan sekali atau insidentil. Dana itu
disalurkan untuk membiayai program dan kegiatan, selain itu dialokasikan pula
untuk beasiswa bagi keluarga miskin dan anak yatim di desa. Selain itu,
dibentukLumbung Pendidikan, yaitu tempat mengumpulkan dana pendidikan
masyarakat, yang dipinjamkan kepada mereka yang membutuhkan biaya pendidikan
anak-anaknya, seperti untuk membeli buku, sepatu, membayar SPP dan kebutuhan
pendidikan lainnya.
Sebagai
kreatifitas lokal yang diinisiasi oleh anggota masyarakat didukung oleh stakeholders yang
ada di desa, maka SEMASA secara substantif menjadi supportbagi
kemajuan desa. Apalagi, dibangun oleh kerangka pikir kegagalan pembangunan yang
salahsatunya kemiskinan dan kebodohan di desa. Alternatif pemberdayaan masyarakat
yang ditawarkan oleh SEMASA adalah kesadaran masyarakat untuk
sanggup bekerja keras. Mereka harus mampu tumbuh dan mengubah nasibnya sendiri,
dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Bagaimana karakteristik
sosial-ekonomi masyarakat? ”One village, one product” menjadi
alternatif menumbuhkan ketahanan dan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat.
Salahsatunya dengan program kursus ketrampilan, kemitraan dengan ”bapak
asuh” dan yang tidak kalah penting adalah membangun kesadaran masyarakat
untuk tumbuh dan berkembang berbasis kemampuan sendiri dan potensi lokal.
Lalu
selain kerja keras, adakah yang lebih cepat dalam memberi seseorang kemampuan
untuk keluar dari belenggu kemiskinan? Jawabnya tentu saja ada. Langkah
tercepat itu adalah pendidikan. Pendidikan adalah pisau paling tajam untuk
memotong rantai kemiskinan dalam masyarakat. Masuk saja ke pedalaman desa-desa
miskin dimana saja, dan temukan variasi perbaikan nasib keluarga miskin di
sana. Siapakah yang paling mampu secara cepat mengentaskan generasi pelanjutnya
dari kubangan kemiskinan? Jawabnya adalah keluarga yang mampu atau mau (atau
memperoleh kesempatan apapun untuk) mengirimkan anaknya ke pendidikan tinggi.
Jika tidak dengan cara ini, maka keluarga miskin hanya akan melahirkan generasi
penerus yang juga miskin. Reproduksi kelas semacam ini akan berlangsung
terus-menerus, hingga ada titik potong yang sangat kuat. Oleh karena itu, SEMASA mengkampanyekan
gerakan belajar dan mendukung pendidikan anak-anak usia sekolah.
Sebagai
model pendidikan dan pemberdayaan alternatif, SEMASA menginisiasi
pengumpulan dana pendidikan masyarakat (local donation), dari, oleh dan
untuk masyarakat itu sendiri. Secara internal, masyarakat menyakini norma
agama menolong “si lemah” dan menyantuni orang miskin, kebiasaan masyarakat
membantu sesama atau tetangga dan nilai-nilai kearifan lokal berpartisipasi
secara kelompok. Price atau “harga” untuk partisipasi
terjangkau, misal Rp. 10.000 per bulan, insidentil, zakat 2,5% bisa disalurkan
ke SEMASA atau dalam bentuk bantuan dana program. Untuk
memperkuat basis komunitas pendidikan, dilakukan promosi gerakan melalui Media
Komunitas Pendidikan, forum-forum warga, mengadakan sarasehan atau
lokakarya, serta membangun jaringan komunitas lain yang peduli kemajuan pendidikan.
Perlu
dipahami pula, kenyataan biaya pendidikan kian lama kian meningkat prosentase
yang harus ditanggung sendiri oleh konsumen. Artinya, kini menjadi semakin
sulit bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pendidikan bermutu. Artinya,
semakin jauh jangkauan masyarakat miskin ini terhadap pisau tajam untuk
memotong kemiskinan mereka. Oleh karena itu, menyadari keterbatasan pemerintah
dari sisi anggaran, maka sudah seharusnya persoalan pendidikan juga menjadi
bagian dari langkah kongkret seluruh komponen bangsa, khususnya mereka yang
berkecukupan untuk berbagi rejeki dengan masyarakat miskin melalui dunia
pendidikan.
Strategi keberlanjutan
Strategi
keberlanjutan yang dikembangkan SEMASA, meliputi tiga hal, Pertama,
replikasi model untuk memperluas jangkauan layanan dan manfaat yang
lebih luas, salahsatunya di Dusun Jeruksari (Gunungkidul, DIY), dan Dusun
Ngranti Kulon Ngestiharjo (Kulon Progo, DIY). Core unit -
model SEMASA – pendidikan swadaya berbasis masyarakat, tetap
menjadi isu utama, yang bergerak pada visi “pembaruan pendidikan” dan
“pemberdayaan masyarakat”. Strategi keberlanjutan model SEMASA ini
- didukung oleh aktor-aktor berjiwa kewirausahaan sosial, harus senantiasa
ditumbuhkan, salahsatunya melalui pelatihan unit produksi — sebagai salahsatu
sumber pendanaan internal. Kelompok-kelompok belajar yang sudah tumbuh di
lokasi replikan menunjukkan, betapa masyarakat merespon dan menumbuhkan
pendidikan masyarakat sekitarnya. Pendidikan swadaya yang sudah berkembang di
rumah warga, misalnya di Jeruksari di rumah Bu Mugit, Bu Sukiyem, Bu Sukinah
dan Bapak Kisno — merupakan dampak kegiatan paska workshop.
Kedua, promosi
model SEMASA, yang kreatif dan berdampak lebih luas, serta
sumberdaya yang efisien. Kehadiran promosi model SEMASA —
istilah kami media komunitas pendidikan, menurut kami adalah langkah kreatif
yang nyaris tidak banyak dipikirkan oleh para pengelola lembaga layanan sosial.
Memang banyak newletterinternal, tetapi publikasinya internal,
isunya lokal, format tidak menarik, tampilan konvensional, tidak ada (atau
memang tidak diproyeksikan) nilai jual ekonomis, rendah dayaguna SDM, tidak ada
pengkayaan pengetahuan atau transformasi gagasan serta tidak banyak
bangunan perubahan yang ditawarkan.
Melalui
media promosi ini, SEMASA mencoba mempengaruhi opini publik
terhadap perubahan pendidikan. Seberapa besar dampaknya? Di tingkat masyarakat
penerima manfaat program, sudah terjadi peningkatan pemahaman terhadap kinerja
sekaligus akuntabilitas lembaga dan bagi stakeholders ini merupakan “rekomendasi
perubahan kebijakan” atau paling tidak “side-opinion” terhadap kebijakan
yang ada, yang perlu direkomendasikan untuk berubah. Positioning-nya
jelas, SEMASA — sebuah media komunitas pendidikan dengan
kinerja jurnalistiknya. SEMASAbergerak pada ranah pembaruan
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat — kemandirian pendidikan swadaya
berbasis masyarakat yang ditumbuhkan oleh jiwa kewirausahaan sosial. Jadilah,
sebuah branding jurnalisme pendidikan : bukaneducation for
all, tapi all for education dalam rangka customized
approach.
Ketiga, strategi kemitraan.
Kami menyadari bahwa, kemitraan masih pada pelaksanaan kegiatan bersama dan
perlunya diperluas dan diperdalam untuk menghasilkan resources lebih banyak.
Beberapa kerjasama dengan jaringan yang sudah dilakukan jaringan perpustakaan,
lembaga pendidikan dan penelitian, dan masih banyak lagi, sebab
keberlanjutan SEMASA memang berbasis jaringan, baik lokal
(masyarakat) maupun antar-lembaga. Contoh kongkretnya pengumpulan dana
pendidikan — tanpa kerjasama dengan stakeholder lokal tidak mungkin berjalan,
sebab otoritas “trust” dan “support” mereka yang punya.
Kepercayaan dan dukungan inilah yang harus senantiasa dijaga dan dirawat
melalui kinerja dan akuntabilitas.