Rapat Evaluasi

Rabu, 8 Februari 2012 bertempat di SEMASA telah dilaksanakan rapat evaluasi bagi pendidik PAUD SEMASA

Penataan APE PAUD SEMASA

Jumat, 16 Maret 2012 telah dilaksanakan Penataan APE PAUD SEMASA yang merupakan serangkaian agenda pengelolaan PAUD SEMASA

Anak SEMASA Mewarnai

Jumat, 16 Maret 2012 terlihat para peserta didik PAUD SEMASA sedang mewarnai berbagai pola gambar

"SEMASA" Tumbuh Bersama Generasi Muda

Sabtu, 10 Maret 2012 bertempat di SEMASA (Sekolah Masyarakat Desa) sekitar pukul 16.40 WIB telah dilaksanakan pemeriksaan dan pemantauan mengenai tumbuh kembang anak usia dini terhadap peserta didik PAUD SEMASA

Parenting Ibu AUD "Bikin Celengan"

Parenting dengan tema "Bikin Celengan" akan diselenggarakan pada tanggal 7 April 2012 pukul 15.30 bertempat di Semasa, Dongkelan, Kauman, Bantul.

Jumat, 30 Maret 2012

Donasi

Perkumpulan Semasa menerima dana yang sifatnya tidak mengikat dan tidak ada unsur pencucian uang. Dan akan di pertanggungjawabkan penggunaannya.


SEKOLAH MASYARAKAT DESA
Dongkelan Kauman, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul , Yogyakarta 55181 Indonesia
Phone  +62274 788397, +62274 9245736
Mobile  08157934696
Email        : semasa.rumpin@gmail.com

Selasa, 20 Maret 2012

Profil

Sekolah Masyarakat Desa ( SEMASA ) merupakan perkumpulan yang bergiat dalam pembaharuan dan pemberdayaan pendidikan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Pendidikan berubah, Indonesia berubah
Pendidikan adalah suatu proses untuk menemukan dan mengembangkan identitas komunitas atau kelompok dalam rangka membangun suatu komunitas yang dicita-citakan bersama. Selanjutnya, ada banyak kegiatan yang telah kami kerjakan.  Dan kami mengajak anda untuk bergiat bersama, pada program-program kami.
SALAM
Tentang SEMASA
Sekolah Masyarakat Desa (selanjutnya disingkat SEMASA) berdiri tahun 2004 di Dusun Dongkelan Kauman, Tirtonirmolo, Bantul, sebagai wahana pergulatan warga desa dalam menggali pengetahuan, serta menjadi ruang akademis bagi warga desa. Selain itu, melalui program dan kegiatan pendidikan dan pembelajaran alternatif diharapkan memberikan kesadaran baru, baik bagi pemerintah, kalangan akademik maupun masyarakat, bahwa masih banyak anggota masyarakat, kalangan miskin dan marjinal, yang belum terjangkau pelayanan dasar dari pemerintah.
Kita menyadari pola-pola lama pendidikan dan pembelajaran harus berubah, karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan global, sekaligus tidak lari dari karakter lokal. Sebab, pendidikan sesungguhnya sebuah proses untuk menemukan dan mengembangkan identitas komunitas atau kelompok dalam rangka membangun suatu komunitas yang dicita-citakan bersama. Dalam konsep ini, terirorial desa adalah sekolah atau tempat belajar bersama anggota masyarakat. Jadi, yang ber-sekolah adalah masyarakat desa itu sendiri. Dari, oleh dan untuk mereka sendiri. Sehingga diistilahkan menjadi Sekolah Masyarakat Desa, yang mendukung pendidikan di sekolah formal, sekaligus bergerak di dalam masyarakat bagi terciptanya pembaharuan dan pemberdayaan pendidikan masyarakat
Sekolah Masyarakat Desa
Model pendidikan berbasis masyarakat
SEMASA bukanlah ”sekolah” dalam pengertian formal.  Hal-hal penting yang dapat menjadi catatan adalah, Pertama, istilah ”sekolah” tidak berbenturan dengan istilah baku yang lazim digunakan di dunia pendidikan. Sebab, sekolah merupakan aktivitas orang belajar atau menuntut ilmu. Kalau pun itu menyangkut ”tempat belajar” yang lazimnya adalah gedung sekolah, maka SEMASA adalah ”sekolah lingkungan”, dimana tempat belajarnya di lingkungan desa itu sendiri, misalnya di serambi masjid, mushola, atau tempat ibadah lainnya yang menyediakan ruang publik, di rumah-rumah warga atau bahkan di pelataran rumah, di pinggir sawah atau tempat lainnya yang kondusif untuk belajar.
Kedua, SEMASA dibentuk melalui sinergitas stakeholders di desa, yaitu state(pembuat kebijakan) meliputi Dukuh, RT, LPMD, kemudian comunnity (lembaga sosio kultural) meliputi seperti takmir, PKK, penduduk desa berprofesi guru, generasi muda, kelompok arisan, serta didukung oleh  corporate (sumber dana) misalnya penduduk kaya di desa dan kelompok sumber dana lainnya. Sehingga, ia memiliki legitimasi sosial dan kultural di masyarakat. Hal ini mempengaruhi kinerja organisasi SEMASA, sebab ia bergerak di dalam masyarakat yang tidak jarang cukup sensitif terhadap pembaruan yang di dalamnya. Dalam perkembangan aktivitasnya,SEMASA melakukan proses pendidikan dan pembelajaran di desa, sehingga legitimasi formal yang dapat diperoleh adalah semacam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ijinnya dikeluarkan oleh instansi pemerintah di bidang pendidikan.
SEMASA merupakan model pendidikan dan pembelajaran alternatif, lantaran ia diharapkan mampu menggerakkan roda pembaharuan dan pemberdayaan pendidikan. Sebab, selain sekolah formal sebagai ujung tombaknya, maka mitra kerja sekolah (elemen masyarakat) dituntut untuk berperanserta menggerakkan roda tersebut. Mengapa demikian? Sebab, SEMASA berbasis komunitas, ia beranggotakan keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Di dalam keluarga, anak-anak tumbuh dan berkembang, secara fisik dan psikologis, seiring perkembangan usianya. Sebagian besar waktu anak-anak usia sekolah, dihabiskan bersama keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar.
Model pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan SEMASAyang beranggota warga masyarakat di semua tingkatan pendidikan, usia dan latarbelakang sosial-ekonomi adalah membentuk kelompok-kelompok belajar bagi anak usia sekolah dan anak usia dini, kursus ketrampilan bagi generasi muda putus sekolah, Kejar Paket ABC, penyantunan dana pendidikan, kampanye gerakan pendidikan dan sebagainya. Relawan pengajar atau gurunya adalah anggota masyarakat itu sendiri, baik itu penduduk profesi guru maupun kalangan generasi muda terdidik yang ada di desa. Dananya dari mana? Pengelola SEMASA menunjuk petugas yang mengumpulkan iuran atau dana pendidikan dari masing-masing warga masyarakat, dari rumah ke rumah, setiap bulan sekali atau insidentil. Dana itu disalurkan untuk membiayai program dan kegiatan, selain itu dialokasikan pula untuk beasiswa bagi keluarga miskin dan anak yatim di desa. Selain itu,  dibentukLumbung Pendidikan, yaitu tempat mengumpulkan dana pendidikan masyarakat, yang dipinjamkan kepada mereka yang membutuhkan biaya pendidikan anak-anaknya, seperti untuk membeli buku, sepatu, membayar SPP dan kebutuhan pendidikan lainnya.
Sebagai kreatifitas lokal yang diinisiasi oleh anggota masyarakat didukung oleh stakeholders yang ada di desa,  maka SEMASA secara substantif menjadi supportbagi kemajuan desa. Apalagi, dibangun oleh kerangka pikir kegagalan pembangunan yang salahsatunya kemiskinan dan kebodohan di desa. Alternatif pemberdayaan masyarakat yang ditawarkan oleh SEMASA adalah kesadaran masyarakat untuk sanggup bekerja keras. Mereka harus mampu tumbuh dan mengubah nasibnya sendiri, dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Bagaimana karakteristik sosial-ekonomi masyarakat? ”One village, one product” menjadi alternatif menumbuhkan ketahanan dan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat. Salahsatunya dengan program kursus ketrampilan, kemitraan dengan ”bapak asuh”  dan yang tidak kalah penting adalah membangun kesadaran masyarakat untuk tumbuh dan berkembang berbasis kemampuan sendiri dan potensi lokal.
Lalu selain kerja keras, adakah yang lebih cepat dalam memberi seseorang kemampuan untuk keluar dari belenggu kemiskinan? Jawabnya tentu saja ada. Langkah tercepat itu adalah pendidikan. Pendidikan adalah pisau paling tajam untuk memotong rantai kemiskinan dalam masyarakat. Masuk saja ke pedalaman desa-desa miskin dimana saja, dan temukan variasi perbaikan nasib keluarga miskin di sana. Siapakah yang paling mampu secara cepat mengentaskan generasi pelanjutnya dari kubangan kemiskinan? Jawabnya adalah keluarga yang mampu atau mau (atau memperoleh kesempatan apapun untuk) mengirimkan anaknya ke pendidikan tinggi. Jika tidak dengan cara ini, maka keluarga miskin hanya akan melahirkan generasi penerus yang juga miskin. Reproduksi kelas semacam ini akan berlangsung terus-menerus, hingga ada titik potong yang sangat kuat. Oleh karena itu, SEMASA mengkampanyekan gerakan belajar dan mendukung pendidikan anak-anak usia sekolah.
Sebagai model pendidikan dan pemberdayaan alternatif, SEMASA menginisiasi pengumpulan dana pendidikan masyarakat (local donation), dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.  Secara internal, masyarakat menyakini norma agama menolong “si lemah” dan menyantuni orang miskin, kebiasaan masyarakat membantu sesama atau tetangga dan nilai-nilai kearifan lokal berpartisipasi secara kelompok. Price atau “harga” untuk partisipasi terjangkau, misal Rp. 10.000 per bulan, insidentil, zakat 2,5% bisa disalurkan ke SEMASA atau dalam bentuk bantuan dana program. Untuk memperkuat basis komunitas pendidikan, dilakukan promosi gerakan melalui Media Komunitas Pendidikan, forum-forum warga,  mengadakan sarasehan atau lokakarya, serta membangun jaringan komunitas lain yang peduli kemajuan pendidikan.
Perlu dipahami pula, kenyataan biaya pendidikan kian lama kian meningkat prosentase yang harus ditanggung sendiri oleh konsumen. Artinya, kini menjadi semakin sulit bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pendidikan bermutu. Artinya, semakin jauh jangkauan masyarakat miskin ini terhadap pisau tajam untuk memotong kemiskinan mereka. Oleh karena itu, menyadari keterbatasan pemerintah dari sisi anggaran, maka sudah seharusnya persoalan pendidikan juga menjadi bagian dari langkah kongkret seluruh komponen bangsa, khususnya mereka yang berkecukupan untuk berbagi rejeki dengan masyarakat miskin melalui dunia pendidikan.
Strategi keberlanjutan
Strategi keberlanjutan yang dikembangkan SEMASA, meliputi tiga hal, Pertama, replikasi model untuk memperluas jangkauan layanan dan manfaat yang lebih luas, salahsatunya di Dusun Jeruksari (Gunungkidul, DIY), dan Dusun Ngranti Kulon Ngestiharjo (Kulon Progo, DIY).  Core unit - model SEMASA – pendidikan swadaya berbasis masyarakat, tetap menjadi isu utama, yang bergerak pada visi “pembaruan pendidikan” dan “pemberdayaan masyarakat”.  Strategi keberlanjutan model SEMASA ini - didukung oleh aktor-aktor berjiwa kewirausahaan sosial, harus senantiasa ditumbuhkan, salahsatunya melalui pelatihan unit produksi — sebagai salahsatu sumber pendanaan internal.  Kelompok-kelompok belajar yang sudah tumbuh di lokasi replikan menunjukkan, betapa masyarakat merespon dan menumbuhkan pendidikan masyarakat sekitarnya. Pendidikan swadaya yang sudah berkembang di rumah warga, misalnya di Jeruksari di rumah Bu Mugit, Bu Sukiyem, Bu Sukinah dan Bapak Kisno — merupakan dampak kegiatan paska workshop.
Kedua, promosi model SEMASA, yang kreatif dan berdampak lebih luas, serta sumberdaya yang efisien. Kehadiran promosi model SEMASA — istilah kami media komunitas pendidikan, menurut kami adalah langkah kreatif yang nyaris tidak banyak dipikirkan oleh para pengelola lembaga layanan sosial. Memang banyak newletterinternal, tetapi publikasinya internal, isunya lokal, format tidak menarik, tampilan konvensional, tidak ada (atau memang tidak diproyeksikan) nilai jual ekonomis, rendah dayaguna SDM, tidak ada pengkayaan pengetahuan atau transformasi gagasan  serta tidak banyak bangunan perubahan yang ditawarkan.
Melalui media promosi ini, SEMASA mencoba mempengaruhi opini publik terhadap perubahan pendidikan. Seberapa besar dampaknya? Di tingkat masyarakat penerima manfaat program, sudah terjadi peningkatan pemahaman terhadap kinerja sekaligus akuntabilitas lembaga dan bagi stakeholders ini merupakan “rekomendasi perubahan kebijakan” atau paling tidak “side-opinion” terhadap kebijakan yang ada, yang perlu direkomendasikan untuk berubah. Positioning-nya jelas, SEMASA — sebuah media komunitas pendidikan dengan kinerja jurnalistiknya. SEMASAbergerak pada ranah pembaruan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat — kemandirian pendidikan swadaya berbasis masyarakat yang ditumbuhkan oleh jiwa kewirausahaan sosial. Jadilah, sebuah branding jurnalisme pendidikan : bukaneducation for all, tapi all for education dalam rangka customized approach.
Ketiga, strategi kemitraan. Kami menyadari bahwa, kemitraan masih pada pelaksanaan kegiatan bersama dan perlunya diperluas dan diperdalam untuk menghasilkan resources lebih banyak. Beberapa kerjasama dengan jaringan yang sudah dilakukan jaringan perpustakaan, lembaga pendidikan dan penelitian,  dan masih banyak lagi, sebab keberlanjutan SEMASA memang berbasis jaringan, baik lokal (masyarakat) maupun antar-lembaga. Contoh kongkretnya pengumpulan dana pendidikan — tanpa kerjasama dengan stakeholder lokal tidak mungkin berjalan, sebab otoritas “trust” dan “support” mereka yang punya. Kepercayaan dan dukungan inilah yang harus senantiasa dijaga dan dirawat melalui kinerja dan akuntabilitas.

Tenaga Pendidik

(1) Nur Indah Sari Dewi
(2) Nur Hidayah Puspitasari 
(3) Lia Kurniawati
(4) Tiflidha
(5) Anisa Arintika
(6) Faza Soraya.

Bendahara

(1) Harikusyanggono B
(2) Abdul Jalal

Sekretaris

Agus Ruyanto

Ketua

Agung Kurniawan, SIP, M.Si

Sabtu, 17 Maret 2012

Pengelolaan APE Semasa

by fatchan
Jumat, 16 Maret 2012 bertempat di Semasa, Dongkelan, Kasihan, Bantul telah dilaksanakan agenda pengelolaan APE (Alat Peraga Edukatif) yang dimotori oleh Mochamad Fatchan Chasani, Siti Septiyany Dewi dan Zulfa Naimatuzahro yang merupakan mahasiswa PLS (Pendidikan Luar Sekolah) angkatan 2009 Universitas Negeri Yogyakarta. Pengelolaan APE di Semasa merupakan agenda dari serangkaian program Praktik Jurusan yang sudah dimulai dari bulan Februari 2012. 

Pengelolaan APE meliputi klasifikasi APE menurut ukuran, penempatan APE dan pembenahan APE. Pengelolaan APE dimulai dari pengklasifikasian APE menurut besar-kecil ukuran APE kemudian berlanjut pada penempatan APE dengan menempatkan APE yang besar pada rak yang paling rendah, APE yang kecil pada rak teratas sampai pada pembenahan APE yang masih baru. Tujuan dari agenda ini adalah untuk merawat APE yang sudah ada dan yang lebih utama yaitu untuk membantu para pendidik dalam pengklasifikasian dan penempatan APE. Selain itu, agenda pengelolaan APE juga memberikan manfaat kemudahan bagi para peserta didik yang akan mengambil sejumlah APE pada rak-rak yang tersusun rapi tanpa menimbulkan bahaya tertimpa APE. 

Dengan agenda pengelolaan APE di Semasa semoga akan mampu memberi dampak positif bagi perkembangan Semasa, khususnya PAUD Semasa yang masih perlu untuk mendapat perhatian dengan berbagai program-program yang inovatif dan mampu mendorong berkembangnya PAUD Semasa. Fatchan

Selasa, 13 Maret 2012

Sasaran

Tujuan

Visi dan Misi

Profil

SEMASA untuk Negeri

Rabu, 8 Februari 2012 sekitar pukul 20.00 WIB bertempat di rumah bapak Agung Kurniawan yang merupakan salah satu penggerak SEMASA (Sekolah Masyarakat Desa) mengadakan agenda evaluasi bersama seluruh pihak dari SEMASA yang meliputi pendidik PAUD, penggerak SEMASA dan beberapa mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Yogyakarta yang dihadiri oleh Panduwati, Havissah dyah A, Wijayanti, Ratnasari Purba dan Moch. Fatchan Chasani. Pertemuan tersebut sengaja dilaksanakan guna membahas mengenai berbagai aspek meliputi kendala, masalah dan pengembangan menyangkut dengan PAUD. Pihak-pihak yang hadir pada pertemuan malam itu berusaha menganalisis berbagai aspek tersebut yang merupakan bahan evaluasi melalui metode curah pendapat dan saling berbagi pengalaman.

Pendidik-pendidik PAUD yang memang tergolong baru dalam menggeluti dunia PAUD menyadari akan adanya berbagai masalah. Masalah yang menjadikan kendala diungkapkan oleh para pendidik PAUD yaitu menyangkut pembelajaran, susunan materi/menu belajar dan menyangkut pola asuh anak. Masalah tersebut merupakan masalah inti yang kurang-lebih telah diungkapkan dan menjadi bahan kajian untuk dilakukan pemecahan. Sedikit usaha pemecahan atas masalah-masalah tersebut telah tertuang melalui curah pendapat dan saling berbagi pengalaman.

Perjuangan akan hak untuk memperoleh pendidikan mulai dari usia dini memang nampak pada SEMASA ini, meskipun penggerak-penggerak dan pendidik-pendidik PAUD tersebut sangat jauh dari latar belakangnya sebagai seorang pendidik PAUD. Hal ini menunjukan semangat dan bentuk kerja nyata dari kegigihan untuk terus mewujudkan serta memperjuangkan pendidikan untuk seluruh masyarakat. Mereka meyakini bahwa meskipun tidak mengetahui secara pasti mengenai pendidikan namun yang perlu dipahami untuk menjadi contoh adalah semangat dan kesungguhan untuk memperjuangkan pendidikan itu sendiri.